بــــسم الله الرحمن الرحيم

"...dibalik setiap kesulitan pasti ada kemudahan."
Software Islami Ensiklopedi Hadits Kitab 9 Imam Berisi Kumpulan Hadits dan Terjemah.
Software Islami Ensiklopedi Hadits Kitab 9 Imam Berisi Kumpulan Hadits dan Terjemah.
Lihat Di Sini
1 2 3 4 5

Nabi Adam As. Bagian 4

Software islami ensiklopedi hadits kitab 9 imam berisi kumpulan hadits dan terjemah

Bai'a Syar'i - Qishash Al-Anbiya

Ibnu Katsir

قصص الأنبيــاء

KISAH PARA NABI

Bisikan Iblis kepada Nabi Adam untuk Memakan Buah Terlarang
Firma Allah Swt., “Lalu setan memperdayakan keduanya dari surga sehingga keduanya dikeluarkan dari (segala kenikmatan) ketika keduanya di sana (surga),” yaitu dikeluarkan dari kenikmatan, kesenangan dan kebahagiaan, menuju negeri penuh dengan dengan keletihan dan kesedihan karena bisikan jahat dan tipuan setan di dalam hati Adam dan Hawa, seperti yang Allah sampaikan dalam ayat lain, “Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepada mereka agar menampakkan aurat mereka (yang selama ini) tertutup. Dan (setan) berkata, ‘Rabbmu hanya melarang kamu berdua mendekati pohon ini, agar kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga).’” (Al-A’râf, 7 : 20).

Setan berkata, “Kalian berdua dilarang memakan buah ini tidak lain agar kalian berdua tidak menjadi malaikat atau kekal selamanya di surga.” Artinya, jika kalian berdua memakan buah itu, kalian menjadi malaikat atau kekal selamanya di surga. “Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya, ‘Sesungguhnya, aku ini benar-benar termasuk para penasihatmu.” (Al-A’râf, 7 : 21). Seperti yang Allah sampaikan dalam ayat lain, “Kemudian setan membisikkan (pikiran jahat) kepadanya, dengan berkata, ‘Wahai Adam! Maukah aku tunjukkan kepadamu pohon keabadian (khuldi) dan kerajaan yang tidak akan binasa?’” (Thâhâ, 20 : 120). Yaitu, maukah aku tunjukkan padamu sebuah pohon yang jika kau makan buahnya, kau akan kekal dalam kenikmatan yang kau rasakan, dan kau akan tetap berada dalam kerajaan yang tiada akan pernah lenyap? Ini namanya tipu daya dan memberitahukan sesuatu yang berselisihan dengan realita.

Maksud pohon keabadian adalah jika kau memakan buahnya, kau kekal selamanya. Mungkin pohon yang dimaksud adalah seperti yang disampaikan Imam Ahmad berikut; Abdurrahman bin Mahdi bercerita kepada kami, Syu’bah bercerita kepada kami, dari Abu Dhahhak, aku mendengan Abu Hurairah mengatakan, “Rasulullah Saw. bersabda, ‘Sungguh, di surga ada sebuah pohon, seorang pengendara berjalan di bawah naungannya selama seratus tahun, namun tidak juga melintasinya; pohon keabadian.’”[26] Seperti itu juga yang diriwayatkan dari Ghundar dan Hajjaj, dari Syu’bah. Abu Dawud Ath-Thayalisi meriwayatkan hadits ini dalam Musnad-nya dari Syu’bah, Ghundar mengatakan, “Aku bertanya pada Syu’bah, ‘Apa iu pohon keabadian?’ ‘Apa lagi kalau bukan pohon itu,’ jawab Syu’bah.” Hanya Imam Ahmad yang meriwayatkan hadits ini.

Bujukan Hawa kepada Nabi Adam untuk Memakan Buah Terlarang
Firman-Nya, “ Dia (setan) membujuk mereka dengan tipu daya. Ketika mereka mencicipi (buah) pohon itu, tampaklah oleh mereka auratnya, maka mulailah mereka menutupinya dengan daun-daun surga.” (Al-A’râf, 7 : 22).



Allah juga berfirman di dalam surah Thâhâ, “Lalu keduanya memakannya, lalu tampaklah oleh keduanya aurat mereka dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga.” (Thâhâ, 20 : 121). Hawa lebih dulu memakan buah pohon tersebut, dan dialah yang menyebabkan Adam memakannya. Wallâhu a’lam.

Seperti disebutkan dalam hadits riwayat Al-Bukhari berikut; Bisyr bin Muhammad bercerita kepada kami, Abdullah bercerita kepada kami, Ma’mar memberitakan kepada kami, dari Himam bin Munabbih, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw., “Andai saja Bani Israil tidak membusukkan dagin dan andai saja Hawa tidak mengkhianati suaminya (menyebabkannya memakan buah pohon terlarang).[27]

Hanya Imam Bukhari yang meriwayatkan hadits ini melalui jalur sanad tersebut. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits ini dalam kitab Shaḫîḫ masing-masing dari hadits Abdurrazzaq, dari Ma’mar, dari Himam, dari Abu Hurairah. Diriwayatkan Ahmad dan Muslim dari Harun bin Ma’ruf, dari Abu Wahab, dari Amr bin Harits, dari Abu Yunus, dari Abu Hurairah.

Disebutkan dalam kitab Taurat yang beredari di kalangan Ahli Kitab, yang mendorong Hawa memakan buah pohon adalah seekor ular yang besar dan berbentuk indah. Hawa memakan buah pohon karena bujukan si ular, lalu memberikan buah tersebut kepada Adam. Iblis tidak disebutkan dalam kisah ini. Saat itu kedua mata Adam dan Hawa terbelalak dan keduanya mengetahui bahwa mereka telanjang. Kemudian keduanya mencari dedaunan buah Tin lalu mereka gunakan sebagai sarung. Disebutkan dalam salah satu riwayat, keduanya telanjang. Wahab bin Munabbih mengatakan, “Kemaluan mereka berdua tertutupi cahaya.”

Penjelasan yang tertera dalam kitab Taurat yang beredar di kalangan Ahli Kitab ini salah, distorsif, dan keliru dalam penerjemahan, karena menerjemahkan teks dari satu bahasa ke bahasa lain tidak mudah bagi semua orang, khususnya bagi mereka yang tidak menguasai bahasa Arab dengan baik, disamping tidak menguasai ilmu untuk memahami kitab suci agamanya. Itulah mengapa banyak sekali kekeliruan dalam kitab suci terjemahan di kalangan Ahli Kitab, baik dari sisi kata ataupun makna. Al-Qur’an menunjukkan, Adam dan Hawa mengenakan pakaian. Allah Swt. berfirman, “Dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya.” (Al-A’râf, 7 : 27).

Ibnu Abi Hatim menyatakan, “Ali bin Hasan bin Askab bercerita kepada kami, Ali bin Ashim bercerita kepada kami, dari Sa’id bin Abu Urubah, dari Qatadah, dari Hasan, dari Ubai bin Ka’ab, ia menuturkan, “Rasulullah Saw. bersabda, ‘Sungguh, Allah menciptakan Adam, lelaki berbadan jangkung, berambut lebat, seakan-akan pohon kurma menjulah tinggi. Saat memakan pohon, pakaiannya terlepas, dan bagian pertama yang terlihat adalah auratnya. Saat melihat auratnya, Adam berlari di surga, lalu sebuah pohon mengait rambutnya, Adam mencabut rambutnya, lalu Ar-Rahman ‘Azza wa Jalla memanggil, ‘Hai Adam! Apa kau melarikan diri dari-Ku?’ Saat mendengar kalam Ar-Rahman, Adam berkata, ‘Ya Rabb, (aku) tidak (melarikan diri dari-Mu), tapi aku malu.’”[28]


Ats-Tsauri meriwayatkan dari Abu Laila, dari Minhal bin Amr, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas terkait firman Allah Swt., “Dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga.” (Thâhâ, 20 : 121). “Dedauanan pohon Tin.”

Sanad hingga Ibnu Abbas ini shahih, namun sepertinya bersumber dari Ahli Kitab. Tekstual ayat menunjukkan lebih umum. Meski demikian, tidak masalah jika dedaunan tersebut diartikan sebagai dedaunan pohon Tin. Wallâhu a’lam.

Al-Hafizh Ibnu Asakir meriwayatkan dari jalur Muhammad bin Ishaq, dari Hasan bin Dzakwan, dari Hasan Al-Bashri, dari Ubai bin Ka’ab, ia menuturkan, “Rasulullah Saw. bersabda, ‘Sungguh, ayah kalian, Adam, seperti pohon kurma yang menjulang tinggi, (tingginya) 60 hasta, rambutnya lebat, dan auratnya selalu tertutup. Namun ketika melakukan kesalahan di surga, auratnya terbuka, ia kemudian meraih ubun-ubunnya, lalu Rabb menyerukan, ‘Apa kau melarikan diri dari-Ku, wahai Adam?’ Adam menjawab, ‘Tidak, tapi aku malu pada-Mu Ya Allah, Ya Rabb, atas perbuatan yang telah aku lakukan.’”[29]

Selanjutnya Ibnu Asakir meriwayatkan hadits ini dari jalur Sa’id bin Abu Urubah, dari Qatadah, dari Hasan, dari Yahya bin Dhamrah, dari Ubai bin Ka’ab, dari Nabi Saw. dengan matan yang sama. Riwayat yang ini lebih shahih, karena Hasan tidak bertemu Ubai. Ibnu Asakir juga meriwayatkan hadits ini dari jalur Khaitsamah bin Sulaiman Al-Athrablusi, dari Muhammad bin Abdul Wahhab Abu Marshafah Al-Asqalani, dari Adam bin Abu Iyas, dari Sinan, dari Qatadah, dari Anas secara marfu’[30], dengan matan yang sama.

 

<== Sebelumnya



#kisabnabi #islam #muslim


[26] HR. Imam Ahmad dalam Musnad-nya (III/455), Ad-Darimi dalam Musnad-nya, kitab: budi pekerti baik, bab: pepohonan surga.
[27] HR. Bukhari dalam kitab Shahih-nya, kitab: Para Nabi, Bab: Penciptaan Adam dan keturunannya, Muslim dalam Shahih-nya, Kitab: Susuan, Bab: Andai saja bukan karena Hawa, tentu para istri tidak berkhianat kepada suami untuk selamanya, dan Ahmad dalam kitab Musnad-nya (II/304, 315).
[28] HR. Ibnu Sa’ad dalam Ath-Thabaqât Al-Kubrâ, dan dalam sanadnya terdapat perawi bernama Ali bin Ashim, ia adalah Alin bin Ashim bin Shuhai Al-Wasithi, Abul hasan At-Taimi. Ya’qub bin Abu Syaibah mengatakan, “Aku mendengar Ali bin Ashim meriwayatkan hadits, meski para sahabat kami memperdebatkan tentangnya. Sebagian lain menilai Ali bin Ashim perawi munkar karena terlalu banyak salah. Ada juga yang menilainya munkar karena terus-menerus melakukan kesalahan, dan enggan merujuk penjelasan orang lain.” Baca Tahdzîbut Tahdzîb (VII/302).
[29] HR. Hakim dalam Al-Mustadrak (II/544) dari perkataan Ubai bin Ka’ab. Hakim selanjutnya menyatakan, “Sanad hadits ini shahih, hanya saja tidak ditakhrij Bukhari dan Muslim.” Pernyataan Hakim ini diamini Imam Adz-Dzahabi.
[30] Marfu’ adalah hadits yang matannya dinisbahkan pada Nabi Muhammad, baik berupa perkataan, perbuatan, atau taqrir (perbuatan atau keadaan yang diketahui Rasulullah dan beliau mendiamkannya atau mengirsyaratkan sesuatu yang menunjukkan persetujuannya atau beliau tidak menunjukkan pengingkarannya.

1 Response to "Nabi Adam As. Bagian 4"

  1. Makasih banget gan infonya,saya tidak segan mengunjungi blog anda,kunjungi balik ya

    ReplyDelete

Harap "Comment as Name/URL" Sertakan url Anda dalam nama untuk kunjungan balik. No active link.