بـســـــــــــم الله الرحمن اللرحيم
Qishash al-Anbiya – Ibnu Katsir
اسلام
عليكم kawan blogger sekalian. Semoga
kalian semua yang mampir ke blog ini diberi kesehatan, rizki yang baik, umur
yang berguna untuk kehidupan dunia dan akhirat. امين.
Sebelumnya ane ucapin terima kasih buat para blogger
yang udah bersedia mampir, entah baca atau cuma salah pencet link... -_-‘
Oke deh, melanjutkan postingan ane yang sebelumnya,
masih di Kisah Para Nabi – Kisah Nabi Adam As. Buat shahib yang ketinggalan
kisahnya bisa liat ja langsung di sini mulai dari Bagian 1,
Bagian 2, Bagian 3, Bagian4. Banyak banget bagiannya... Hhee... Sekarang ane mu lanjutin kisahnya di
sini. “Nabi Adam As. Bagian 5”. Simak baik-baik ya shab..
:D
![]() |
| Qishash al-Anbiya |
Nabi Adam dan Ibunda Hawa Bertaubat
“Rabb menyeru mereka, ‘Bukankah Aku telah melarang
kamu dari pohon itu dan Aku telah mengatakan bahwa sesungguhnya setan adalah
musuh yang nyata bagi kamu berdua?’ Keduanya berkata, ‘Ya Rabb kami, kami telah
menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan member
rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.’” (Al-A’râf, 7 : 22-23).
Kata-kata ini diucapkan Adam sebagai pengakuan,
taubat, merendahkan diri, tunduk dan permohonan kepada Allah di saat yang amat
diperlukan. Siapa pun di antara keturunan Adam yang menempuh jalah yang sama
ketika melakukan kesalahan dan dosa, pasti akan berakibat buruk, baik di dunia
maupun di akhirat.
“(Allah) berfirman, ‘Turunlah kamu! Kamu akan saling
bermusuhan satu sama lain. Bumi adalah tempat kediaman dan kesenanganmu sampai
waktu yang telah ditentukan.’” (Al-A’râf, 7 : 24). Pesan ini
disampaikan kepada Adam, Hawa, dan Iblis. Menurut salah satu pendapat, termasuk
untuk ular yang membujuk Hawa memakan buah pohon terlarang. Mereka semua
diperintahkan untuk turun dari surga dalam kondisi mereka saling memusuhi satu
sama lain. Adanya ular dalam kisah Adam ini diperkuat oleh riwayat dari
Rasulullah Saw., beliau memerintahkan untuk membunuh ular dan bersabda, “Kita
tidak berdamai dengan mereka sejak kita memerangi mereka.”[31]
Firman Allah Swt. dalam surah Thâhâ, “Dialah
(Allah) berfirman, ‘Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu
menjadi musuh bagi sebagian yang lain.” (Thâhâ, 20 : 123). Perintah ini
ditujukan untuk Adam dan Iblis. Adam kemudian mengajak Hawa, sementara Iblis
mengajak ular. Menurut pendapat lain, perntah ini ditujukan untuk mereka semua
dalam bentuk tatsniyah (kata ganti untuk dua orang), sama seperti yang
disebutkan dalam firman Allah Swt., “Dan (ingatlah kisah) Dawud dan Sulaiman,
ketika keduanya memberikan keputusan mengenai ladang, karena (ladang itu)
dirusak oleh kambing-kambing milik kaumnya. Dan Kami menyaksikan keputusan
(yang diberikan) oleh mereka itu.” (Al-Anbiyâ’, 21 : 78). Yang benar, kata
ganti jamak diberlakukan untuk kata ganti dua orang dalam ayat ini, karena
putusan hukum memerlukan dua orang; pihak pelapor dan pihak terlapor. Seperti disebutkan
dalam firman Allah Swt., “Dan Kami menyaksikan keputusan (yang diberikan)
oleh mereka itu.” (Al-Anbiyâ’, 21 : 78).
Terkait pengulangan kata “turun” dalam surah
Al-Baqarah berikut, “Lalu setan memperdayakan keduanya di sana (surga). Dan Kami
berfirman, ‘Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain. Dan bagi
kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.’ Kemudian
Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima taubatnya. Sungguh,
Allah Maha Penerima Taubat, Maha Penyayang. Kami berfirman, ‘Turunlah kamu
semua dari surga! Kemudian jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepadamu, maka
barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka
tidak bersedih hati. Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat
Kami, mereka itu penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.’” (Al-Baqarah,
2 : 36-39).
Sebagian mufassir menyatakan, maksud “turun” yang
pertama adalah turun dari surga ke langit paling bawah, dan “turun” yang kedua
adalah dari langit paling bawah ke dunia. Pendapat ini lemah, karena terkait “turun”
yang pertama, Allah Swt. berfirman, “Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang
lain. Dan bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang
ditentukan.” Ini menunjukkan, mereka diturunkan ke bumi. Wallâhu a’lam.
Yang benar, Allah mengulang kata tersebut meski pada
dasarnya sama, dan mengaitkan hukum tersendiri untuk setiap katanya. Pada kata “turun”
yang pertama Allah mengaitkan permusuhan di antara mereka, sementara untuk kata
“turun” yang kedua, Allah mensyaratkan siapa pun di antara mereka mengikuti
petunjuk yang Allah turunkan setelah semua kejadian itu, dialah orang yang
beruntung. Sebaliknya, siapa yang menentang petunjuk Allah, dialah orang yang
sengsara. Gaya bahasa seperti ini banyak digunakan dalam Al-Qur’an.
Al-Hafizh Ibnu Asakir meriwayatkan dari Mujahid, ia
menyatakan, “Allah mengutus dua malaikat untuk mengeluarkan Adam dan Hawa dari
dekat-Nya. Jibril kemudian melepas tiara dari kepala Adam dan Mikail melepas
mahkota dari keningnya, dahan sebuah pohon kemudian mengait (rambutnya saat
melarikan diri) hingga Adam mengira hukuman disegerakan untuknya. Adam menundukkan
kepala dengan mengatakan, ‘Ampun, ampun,’ Allah berfirman, ‘Apa kau melarikan
diri dari-Ku?’ Adam menjawab, ‘(Bukan), tapi aku malu pada-Mu, wahai
Penolongku!’”
Al-Auza’i[32]
meriwayatkan dari Hassan bin Athiyah, ia mengatakan, “Adam berada di surga
selama seratus tahun—riwayat lain menyebut 60 tahun, menangisi surga selam 70
tahun, menangisi kesalahannya selama 70 tahun, dan menangisi anaknya kala
dibunuh selama 40 tahun.” (HR. Ibnu Asakir).
Lokasi Diturunkannya Nabi Adam
Ibnu Abi Hatim menuturkan, “Abu Zur’ah bercerita
kepada kami, Utsman bin Abi Syaibah bercerita kepada kami, Jarir bercerita
kepada kami, dari Sa’id, dari Ibnu Abbas, ia mengatakan, ‘Adam diturunkan di
sebuah tempat bernama Dahna, tepat di antara Mekkah dan Thaif.’” Diriwayatkan dari
Hasan, ia menuturkan, “Adam diturunkan di India, Hawa di Jeddah, Iblis di
Dustumyan, beberapa mil dari Bashrah, dan ular diturunkan di Asbahan.” (HR.
Ibnu Abi Hatim).
As-Suddi menuturkan, “Adam diturunkan di India
bersamaan dengan Hajar Aswad dan segenggam dedaunan surga. Dedaunan itu
kemudian Adam tebarkan di sana dan menumbuhkan pepohonan yang baik di sana.” Diriwayatkan
dari Ibnu Umar, ia menyatakan, “Adam diturunkan di Shafwa sementara Hawa di
Marwa.” (HR. Ibnu Abi Hatim).
Berapa lama Nabi Adam Tinggal di Surga?
Hakim menuturkan dalam Al-Mustadrak, “Abu
Bakar bin Balawiyah memberitakan kepada kami, dari Muhammad bin Ahmad bin
Nadhir, dari Mu’awiyah bin Amr, dari Zaidah, dari Ammar bin Abu Mu’awiyah
Al-Bajali, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, ia mengatakan, ‘Adam hanya
berada di surga dalam rentang waku antara shalat ashar hingga matahari
terbenam.’” Hakim menyatakan, “Hadits ini shahih, sesuai syarat Al-Bukhari dan
Muslim, hanya saja keduanya tidak mentakhrij hadits ini.”
Disebutkan dalam Shâḫîḫ Muslim dari hadits
Az-Zuhri dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah, ia menuturkan, “Rasulullah Saw.
bersabda, ‘Hari terbaik yang matahari terbit pada hari itu adalah hari Jum’at;
pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu ia dimasukkan ke surga, dan pada
hari itu ia dikeluarkan darinya.’”[33]
Disebutkan dalam kitab Shâḫîḫ melalui jalur sanad berbeda, “Dan pada
hari itu kiamat terjadi.”
<== Sebelumnya
[31] HR.
Imam Ahmad dalam Musnad-nya (I/230).
[32] Abdurrahman
bin Amr bin Abu Amr Al-Auza’i, meninggal dunia tahun 157 H. (Thabaqâtul Ḫuffâdz,
hal:79, Tadzkiratul Ḫuffâdz, I/238, Tahdzîbut Tahdzîb, VI/238).
[33] Kitab:
Jum’at, Bab: Keutamaan hari Jum’at. Riwayat tambahan bersumber dari jalur
Qutaibah bin Sa’id dari Mughirah, dalam referensi dan halaman yang sama.

0 Response to "Nabi Adam As. Bagian 5"
Post a Comment
Harap "Comment as Name/URL" Sertakan url Anda dalam nama untuk kunjungan balik. No active link.