بــــسم الله الرحمن الرحيم

"...dibalik setiap kesulitan pasti ada kemudahan."
Software Islami Ensiklopedi Hadits Kitab 9 Imam Berisi Kumpulan Hadits dan Terjemah.
Software Islami Ensiklopedi Hadits Kitab 9 Imam Berisi Kumpulan Hadits dan Terjemah.
Lihat Di Sini
1 2 3 4 5

Nabi Adam As. Bagian 3

Software islami ensiklopedi hadits kitab 9 imam berisi kumpulan hadits dan terjemah


Ibnu Katsir

قصص الأنبيــاء

KISAH PARA NABI

Pohon dan Buah Terlarang
Para mufassir memiliki beragam pendapat terkait firman Allah, “(Tetapi) janganlah kamu dekati pohon ini!” (Al-Baqarah, 2 : 35). Sebagian ulama berpendapat, yang dimaksud adalah pohon anggur. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Sa’id bin Jubair, Asy-Sya’bi, Ja’dah bin Hubairah, Muhammad bin Qais, As-Suddi dalam salah satu riwayat dari Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud, dan sejumlah sahabat, “Orang-orang Yahudi mengatakan pohon yang dimaksud adalah gandum.” Ini diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Hasan Al-Bashri, Wahab bin Munabbih, Athiyah Al-Aufi, Abu Malik, Muharib bin Ditsar, dan Abdurrahman bin Abu Laila.

Wahab menyatakan, “Biji-bijian gandum ini lebih lembut dari keju dan lebih manis dari madu.” Ats-Tsauri meriwayatkan dari Abu Husain, dari Abu Malik terkait firman Allah, “(Tetapi) janganlah kamu dekati pohon ini!” (Al-Baqarah, 2 : 35), yaitu pohon kurma. Ibnu Juraij meriwayatkan dari Mujahid; buah tin. Pendapat yang sama juga disampaikan Qatadah dan Ibnu Juraij. Sementara Abu Aliyah menyatakan, “Siapa pun yang memakan buah pohon tersebut pasti mengeluarkan hadats, dan di surga tidak patut ada hadats.”

Perbedaan pendapat ini intinya hampir sama. Allah sengaja tidak menyebut buah apa persisnya. Andai ada maslahat dibalik penyebutan nama buah yang dimaksud, tentu sudah Allah sebutkan, sama seperti hal-hal lain yang tidak disebutkan namanya dalam Al-Qur’an.

Surga yang Disinggahi Nabi Adam As.
Silang pendpat yang mereka sebutkan terkait surga yang dimasuki Adam, apakah surga di langit ataukah sebuah taman di bumi. Perbedaan pendapat seperti ini baiknya diabaikan.

Menurut pendapat jumhur, surga yang dimaksud adalah yang ada di langit, surga Ma’wa berdasarkan tekstual sejumlah ayat dan hadits, seperti firman Allah, “Wahai Adam! Tinggalah engkau dan istrimu di dalam surga.” (Al-Baqarah, 2 : 35). Alif dan lam dalam kata الجنة bukan untuk kata umum atau sesuatu yang diketahui dari sisi kata-kata, tapi sepenuhnya merujuk pada sesuatu yang sudah diketahui oleh akal pikiran, juga diakui oleh syariat, yaitu surga Ma’wa. Juga seperti kata-kata Musa As., “Kenapa kau keluarkan kami dan juga dirimu sendiri dari surga?” dan seterusnya hingga akhir hadits.

Muslim meriwayatkan dalam kitab Shâḫîḫ-nya dari hadits Abu Malik Al-Asyja’i---namanya Sa’ad bin Thariq---dari Abu Hazim Salamah bin Dinar, dari Abu Hurairah, juga Abu Malik dari Rib’i, dari Hudzaifah,[21] keduanya mengatakan, “Rasulullah Saw. bersabda, ‘Allah mengumpulkan seluruh manusia, lalu orang-orang mukmin berdiri saat surga didekatkan kepada mereka, mereka menemui Adam lalu berkata, ‘Wahai ayah kami, mintalah agar surga dibukakan untuk kami.’ Adam berkata, ‘Tidaklah kalian dikeluarkan dari surga melainkan karena kesalahan ayah kalian ini,” dan seterusnya hingga akhir hadits.[22]

Riwayat ini memiliki dalil yang kuat, bagus, dan nyata yang menunjukkan surga yang dimaksud adalah surga Ma’wa, meski masih perlu didiskusikan lebih lanjut.

Yang lain berpendapat, surga tempat Adam berada bukanlah surga Khuldi, karena di sana Adam masih diperintahkan untuk tidak memakan buah pohon tersebut, disamping Adam tidur di sana, juga dikeluarkan dari sana. Disamping itu, Iblis bisa masuk ke sana. Surga Ma’wa tentu tidak seperti itu.

Pendapat ini diriwayatkan dari Ubai bin Ka’ab, Abdullah bin Abbas, Wahab bin Munabbih, Sufyan bin Uyainah, dan dipilih oleh Ibnu Qutaibah dalam Al-Ma’arif, Qadhi Mundzir bin Sa’id Al-Baluthi dalam tafsirnya. Mundzir juga membahas persoalan ini dalam sebuah karya tersendiri. Pendapat ini juga diriwayatkan dari Abu Hanifah dan para sahabatnya. Abu Abdullah Muhammad bn Umar Ar-Razi bin Khatib Ar-Ray menukil pendapat ini dalam tafsirnya dari Abu Qasim Al-Bakhli dan Abu Muslim Al-Ashbahani. Pendapat ini tertera dalam nash kitak Taurat yang ada dikalangan Ahli Kitab.

Di antara ulama yang menuturkan perbedaan pendapat terkait persoalan ini adalah Abu Muhammad bin Hazm[23] dalam karyanya, Al-Milal wan Ņihal, Abu Muhammad bin Athiyah dalam tafsirnya, Abu Isa Ar-Rumani dalam tafsirnya---yang ia riwayatkan dari jumhur golongan pertama---Abu Qasim Ar-Raghib dan Qadhi Al-Mawardi dalam tafsirnya. Al-Mawardi menuturkan, “Diperdebatkan, apakah yang dimaksud dengan surga yang ditempati Adam dan Hawa. Ada dua pendapat. Pertama; surga Khuldi. Kedua; surga yang telah disediakan Allah untuk keduanya sebagai tempat ujian, bukan surga Khuldi yang disediakan sebagai tempat pemberian balasan.”

Para pengusung pendapat kedua juga tidak sehaluan, mereka berbeda pendapat. Ada yang menyatakan bahwa surga tersebut berada di langit kedua, karena Adam dan Hawa diturunkan dari tempat tersebut. Pendapat ini disampaikan oleh Hasan. Yang lain menyatakan bahwa surga yang dimaksud adalah sebuah taman yang ada di bumi, karena di tempat ini Adam dan Hawa diuji dengan larangan untuk memakan buah dari salah satu pohon saja, yang lain tidak. Pendapat ini dikemukakan oleh Ibnu Yahya. Ini terjadi setelah Iblis diperintahkan untuk sujud kepada Adam. Wallâhu a’lam.

Secara eksplisit, Imam Mawardi menyebutkan tiga pendapat, dan dari uraian kata-katanya, terlihat bahwa ia abstain dalam persoalan ini.

Abu Abdullah Ar-Razi[24] dalam tafsirnya menyebut empat pendapat terkait masalah ini. Tiga pendapat seperti disebutkan Imam Mawardi di atas, dan pendapat keempat abstain. Ar-Razi juga menyebutkan pendapat lain, surga yang dimaksud berada di langit, namun bukan surga Ma’wa. Pendapat ini diriwayatkan dari Abu Ali Al-Juba’i.[25]

Iblis Terusir dari Surga
Para pengusung pendapat kedua melontarkan sebuah pernyataan yang perlu ditanggapi, mereka menyatakan, “Tidak diragukan, Allah mengusir Iblis dari surga kala enggan sujud kepada Adam. Allah memerintahkan Iblis untuk keluar dan turun dari surga. Perintah yang dimaksud bukan perintah syar’i yang bisa saja disalahi, tapi murni takdir yang tidak bisa disalahi dan ditolak. Itulah kenapa Allah Swt. berfirman, “Keluarlah kamu dari sana (surga),” (Al-A’râf, 7 : 18). “Maka turunlah kamu darinya (surga); karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya.” (Al-A’râf, 7 : 13). “(Kalau begitu) keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk.” (Al-Ḫijr, 15 : 34).

Kata ganti dalam rangkaian kata منها merujuk pada surga, langit, atau kedudukan. Mengacu pada pendapat mana pun, tetap bisa disimpulkan bahwa Iblis tidak ditakdirkan untuk berada di tempat dimana ia diusir dan dijauhkan dari sana, bukan sebagai tempat menetap, ataupun hanya sekedar melintas saja.

Tanggapan :
Bisa saja Adam dan Iblis bersama-sama di surga namun hanya sebatas melintas saja dan bukan menetap di sana, dan Iblis membisikkan pikiran jahat kepada Adam di dekat pintu surga atau di bawah langit. Hanya saja ketiga pendapat ini masih perlu didiskusikan lebih lanjut. Wallâhu a’lam.


Di antara dalil yang menjadi pijakan pengusung pendapat ini adalah riwayat Abdullah bin Imam Ahmad dalam Az-Ziyâdât ‘alal Musnad dari Hudbah bin Khalid, dari Hammad bin Salamah, dari Humaid, dari Hasan Al-Bashri, dari Yahya bin Dhamrah As-Sa’di, dari Ubai bin Ka’ab, ia menuturkan, “Saat sekarat, Adam menginginkan setandan buah anggur surga, anak-anaknya kemudian mencarikan buah anggur untuknya, mereka kemudian berpapasan dengan para malaikat. Para malaikat bertanya, ‘Kalian hendak kemana, anak-anak Adam?’ Mereka menjawab, ‘Ayah kami menginginkan setandan buah anggur surga.’ Para malaikat berkata, ‘Pulanglah, kalian sudah tidak perlu lagi mencari buah itu.’

Mereka semua pulang, lalu para malaikat mencabut nyawa Adam, memandikan, memberi kamper dan mengafani jenazahnya. Jibril menyalatkan jenazahnya dan para malaikat shalat di belakangnya, setelah itu mereka menguburkan jenazah Adam. Para malaikat selanjutnya berkata, ‘Inilah syariat kalian dalam mengurus jenazah’.” Sanad dan matan hadits ini secara lengkap akan disampaikan pada bagian kematian Adam. انشاء لله.

Menurut para pengusung pendapat ini, jika untuk sampai ke surga yang pernah ditempati Adam dimana ia menginginkan sebagian buahnya dimungkinkan, tentu anak-anaknya tidak perlu repot-repot mencari. Ini menunjukkan surga tersebut adanya di bumi, bukan di langit. Wallâhu a’lam.

Mereka menyatakan, “Tidak bisa diterima jika alif dan lam pada kata الجنة yang tertera dalam firman Allah Swt., “Wahai Adam! Tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga,” (Al-Baqarah, 2 : 35), mengacu pada sesuatu yang telah diketahui oleh akal pikiran. Yang benar, penjelasan yang Allah sampaikan mengacu pada rangkaian kalam, karena Adam diciptakan dari unsur bumi, dan tidak ada riwayat atau nash yang menyebutkan bahwa Adam dipindahkan ke langit. Adam diciptakan untuk berada di bumi. Iniah yang Allah beritahukan kepada para malaikat melalui firman-Nya, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” (Al-Baqarah, 2 : 30).

Ini selaras dengan firman Allah Swt., “Sungguh, Kami telah menguji mereka (orang musyrik Mekkah) sebagaimana Kami telah menguji pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah pasti akan memetik (hasil)nya pada pagi hari.” (Al-Qalam, 68 : 17). Alif dan lam dalam kata الجنة bukan bersifat umum, juga tidak ada penjelasan tekstual dalam rangkaian kata sebelumnya sehingga bisa dimengerti  apa maksudnya. Hanya mengacu pada sesuatu yang telah diketahui menurut akal pikiran berdasarkan rangkaian kata, maksudnya الجنة dalam ayat ini artinya kebun.

Mereka menyatakan, “Turun tidak harus menunjukkan pindah dari langit ke bumi, seperti disebutkan dalam firman Allah Swt. berikut, “Difirmankan, ‘Wahai Nuh! Turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkahan dari Kami, bagimu dan bagi semua umat (mukmin) yang bersamamu.’” (Hûd, 11 : 48). Maksud ayat ini, kala bahtera telah berada di atas gunung Judy dan air sudah surut, Nuh dan kaum mukmin yang ikut bersamanya untuk turun. Sama seperti firman berikut, “Pergilah ke suatu kota, pasti kamu akan memperoleh apa yang kamu minta.” (Al-Baqarah, 2 : 61). Juga firman-Nya, “Dan ada pula yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah.” (Al-Baqarah, 2 : 74). Dan masih banyak contoh lain terkait penggunaan kata seperti ini dalam hadits dan bahasa.

Mereka juga menyatakan, “Tidak menutup kemungkinan---bahkan inilah faktanya---bahwa surga yang ditempati Adam adalah sebuah dataran tinggi di bumi, penuh dengan pepohonan rindang, buah-buahan, kenikmatan, dan kesenangan, seperti disebutkan dalam firman Allah Swt., “Sungguh, ada (jaminan) untukmu di sana, engkau tidak akan kelaparan dan tidak akan telanjang.” (Thâhâ, 20 : 118). Yaitu, sisi batinmu tidak terhina karena kelaparan, dan sisi lahirmu karena telanjang. “Dan sungguh, di sana engkau tidak akan merasa dahaga dan tidak akan ditimpa panas matahari.” (Thâhâ, 20 : 119). Yaitu, sisi batinmu tidak tersentuh oleh panasnya dahaga dan sisi lahirmu karena sengatan terik matahari. Untuk itu keduanya disebut secara berdampingan, karena adanya sisi kesamaan pada keduanya.

Mereka juga menyatakan, “Pendapat ini bukan bagian dari pendapat yang mengingkari adanya surga dan neraka saat ini, dan kedua pendapat ini sama sekali tidak memiliki kolerasi satu sama lain, karena sumber pendapat ini, baik dari kalangan salaf maupun khalaf, menegaskan surga dan neraka sudah ada saat ini, seperti ditunjukkan oleh sejumlah ayat dan hadits-hadits shahih. Wallâhu a’lam bish shawâb.



[21] Hudzaifah bin Yaman Husain bin Jabir Al-‘Abasy, meninggal dunia tahun 36 H. (Asadu Ghâbah, I/463, Tahdzîbut Tahdzîb, I/219).
[22] Shaḫîḫ Muslim, kitab: Iman, Bab: Penghuni surga yang paling rendah kedudukannya.
[23] Abu Muhammad Ali bin Ahmad bin Sa’id bin Hazm bin Ghalib, asli dari Persia, meninggal dunia tahun 457, Wafayâtul A’yân, (I/340, Thabaqâtul Ḫuffâdz, hal: 436).
[24] Abu Abdullah Muhammad bin Umar bin Husain bin Hasan Ar-Razi, dijuluki sebagai Fakhrur Razi, meninggal dunia 606 H.
[25] Tafsir Fakhrur Razi (IV/4xx).

0 Response to "Nabi Adam As. Bagian 3"

Post a Comment

Harap "Comment as Name/URL" Sertakan url Anda dalam nama untuk kunjungan balik. No active link.