بــــسم الله الرحمن الرحيم

"...dibalik setiap kesulitan pasti ada kemudahan."
Software Islami Ensiklopedi Hadits Kitab 9 Imam Berisi Kumpulan Hadits dan Terjemah.
Software Islami Ensiklopedi Hadits Kitab 9 Imam Berisi Kumpulan Hadits dan Terjemah.
Lihat Di Sini
1 2 3 4 5

Nabi Adam As. Bagian 2

Software islami ensiklopedi hadits kitab 9 imam berisi kumpulan hadits dan terjemah


Ibnu Katsir

قصص الأنبيــاء

KISAH PARA NABI


Hasan Al-Bashri mengatakan, “Iblis membuat analogi (qiyas), dan dia adalah makhluk pertama yang menggunakan analogi (qiyas).” Muhammad bin Sirin[12] mengatakan, “Makhluk pertama yang menggunakan analogi (qiyas) adalah Iblis. Tidaklah matahari dan bulan diciptakan melainkan karena analogi-analogi.” Kedua atsar ini diriwayatkan Ibnu Jarir.[13]

Artinya, Iblis membandingkan dirinya dengan Adam melalui analogi, lalu menilai dirinya lebih mulia dari Adam, sehingga ia tidak mau sujud kepada Adam, padahal ia dan juga para malaikat diperintahkan untuk bersujud pada Adam. Ketika berseberangan dengan nash, analogi (qiyas) tidak bisa digunakan. Selain itu, penilaian Iblis juga keliru, karena tanah lebih bermanfaat dan lebih baik dari api, karena tanah mengandung unsur ketenangan, ketabahan, kesabaran, dan pertumbuhan, berbeda dengan api yang mengandung unsur gegabah, kedunguan, tergesa-gesa dan membakar.

Selanjutnya, Allah menciptakan Adam dengan tangan-Nya sebagai bentuk penghormatan baginya, dan meniupkan ruh ciptaan-Nya pada Adam. Karena itulah Allah memerintahkan para malaikat untuk sujud pada Adam, seperti yang Allah sampaikan, “Dan ingatlah ketika Rabbmu berfirman kepada para malaikat, ‘Sungguh, Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering dan lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan (kejadian)nya, dan Aku telah meniupkan roh (ciptaan)-Ku kedalamnya, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.’ Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama, kecuali Iblis. Ia enggan ikut bersama-sama para (malaikat) yang sujud itu.
Dia (Allah) berfirman, ‘Wahai Iblis! Apa sebabnya kamu (tidak ikut) sujud bersama mereka?’ Ia (Iblis) berkata, ‘Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk.’ Dia (Allah) berfirman, ‘(Kalau begitu) keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk, dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari Kiamat.’” (Al-Ḫijr, 15 : 26-35).

Iblis mengemukakan alasan yang sama sekali tidak membawa guna, dan alasannya itu lebih berat dari dosa yang ia lakukan, seperti yang Allah sampaikan dalam surah Al-Isrâ, “Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman kepada para malaikat, ‘Sujudlah kamu semua kepada Adam,’ lalu mereka sujud, kecual Iblis. Ia (Iblis) berkata, ‘Apakah aku harus bersujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?’ Ia (Iblis) berkata, ‘Terangkanlah kepadaku, inikah yang lebih Engkau muliakan daripada aku? Sekiranya Engkau memberi waktu kepadaku sampai hari Kiamat, pasti akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebagian kecil.’
Dia (Allah) berfirman, ‘Pergilah, tetapi barang siapa di antara mereka yang mengikuti kamu, maka sungguh, neraka Jahanamlah balasanmu semua, sebagai pembalasan yang cukup. Dan perdayakanlah siapa saja di antara mereka yang engkau (Iblis) sanggup dengan suaramu (yang memukau), kerahkanlah pasukanmu terhadap mereka.’ Padahal setan itu hanya menjanjikan tipuan belaka kepada mereka. ‘Sesungguhnya, (terhadap) hamba-hamba-Ku, engkau (Iblis) tidaklah dapat berkuasa atas mereka. Dan cukuplah Rabbmu sebagai penjaga.’” (Al-Isrâ, 17 : 61-65).

Dalam surah Al-Kahfi, Allah berfirman, “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, ‘Sujudlah kamu kepada Adam!’ Maka mereka pun sujud keculai Iblis. Dia adalah dari (golongan) jin, maka dia mendurhakai Tuhannya. Pantaskah kamu menjadikan dia dan keturunannya sebagai pemimpin selain Aku, padahal mereka adalah musuhmu? Sangat buruklah (Iblis itu) sebagai pengganti (Allah) bagi orang yang zalim.” (Al-Kahfi, 18 : 50).

Yaitu, Iblis tidak mau taat kepada Allah dengan sengaja, semena-mena dan sombong untuk melakukan perintah-Nya. Ini tidak lain karena Iblis telah dikhianati oleh tabiat dan asal-usul penciptannya yang buruk itu pada saat amat diperlukan, karena ia diciptakan dari api seperti yang telah disampaikan Allah.

Disebutkan dalam kitak Shaḫîḫ Muslim, dari Aisyah, dari Rasulullah SAW., beliau bersabda, “Malaikat diciptakan dari cahaya ‘Arsy, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari (bahan) yang telah disebutkan pada kalian.”[14]

Iblis Bukan Golongan Malaikat
Hasan Al-Bashri menuturkan, “Iblis sama sekali bukan golongan malaikat.” Syahr bin Hausyab menuturkan, “Pada mulanya Iblis berasal dari golongan jin. Namun kala mereka berbuat onar di bumi, Allah mengutus sepasukan malaikat, membunuh dan mengusir mereka ke semenanjung-semenanjung lautan. Iblis termasuk di antara jin yang ditawan, kemudian dibawa naik ke langit, kemudian ia singgah di sana. Saat para malaikat diperintahkan bersujud, Iblis enggan menurut perintah itu.

Ibnu Mas’ud,[15] Ibnu Abbas, sejumlah shahabat lain, Sa’id bin Musayyib dan lainnya menyatakan, “Iblis pada mulanya adalah pemimpin para malaikat di langit paling bawah.”

Ibnu Abbas menambahkan, “Namanya Azazil.” Riwayat lain dari Ibnu Abbas menyebutkan, “Namanya Harits.” An-Nuqasy menyatakan, “Kuniah-nya Abu Kardus.”

Ibnu Abbas menyatakan, “Iblis berasal dari salah satu golongan malaikat bernama Jin, mereka bertugas menjaga surga. Ia termasuk yang paling mulia, paling banyak ilmu dan ibadah di antara mereka, dan memiliki empat sayap. Namun kemudian Allah mengubah wujudnya menjadi setan yang terkutuk.”

Iblis Berencana Memperdaya Anak Cucu Adam
Allah SWT. berfirman dalam surah Shâd, “(Ingatlah) ketika Rabbmu berfirman kepada malaikat, ‘Sesungguhnya, Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Kemudian apabila Aku telah sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan roh (ciptaan)-Ku kepadanya, maka tunduklah kamu dengan bersujud kepadanya.’ Lalu para malaikat itu bersujud semuanya, kecuali Iblis, ia menyombongkan diri dan ia termasuk golongan yang kafir. (Allah) berfirman, ‘Wahai Iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Aku ciptakan dengan kekuasaan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri atau kamu (merasa) termasuk golongan yang (lebih) tinggi?’ (Iblis) berkata, ‘Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.’
(Allah) berfirman, ‘Kalau begitu keluarlah kamu dari surga! Sesungguhnya, kamu adalah makhluk yang terkutuk. Dan sungguh, kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan.’ (Iblis) berkata, ‘Ya Tuhanku, tangguhkanlah aku sampai pada hari mereka dibangkitkan.’ (Allah) befirman, ‘Maka sesungguhnya kamu termasuk golongan yang diberi penangguhan, sampai pada hari yang telah ditentukan waktunya (hari Kiamat).’ (Iblis) menjawab, ‘Demi kemuliaan-Mu, pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang terpiling di antara mereka.’ (Allah) berfirman, ‘Maka yang benar (adalah sumpahku), dan hanya kebenaran itulah yang Aku katakan. Sungguh, Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan kamu dan dengan orang-orang yang mengikutimu di antara mereka semuanya.’” (Shâd, 38 : 71-78).

Dan dalam surah Al-A’râf, Allah SWT. berfirman, “(Iblis) menjawab, ‘Karena Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.’” (Al-A’râf, 7 : 16-17). Yaitu, karena Engkau telah menyesatkanku, maka aku pasti selalu mengintai jalan mereka, akan kudatangi mereka dari seluruh penjuru mata angin. Bahagialah siapa pun yang menentang Iblis, dan amat celaka siapa pun yang mengikutinya.

Imam Ahmad[16] menuturkan, Hasyim bin Qasim bercerita kepada kami, Abu Uqail – Abdullah bin Uqail Ats-Tsaqafi – bercerita kepada kami, Musa bin Musayyib bercerita kepada kami, dari Salim bin Abu Ja’ad, dari Subrah bin Abu Fakah, ia mendengar Rasulullah SAW. bersabda, “Sungguh, setan mengintai seluruh jalan anak Adam,” dan seterusnya.[17]

Hawa Diciptakan dari Tulang Rusuk Nabi Adam
Allah memerintahkan Adam untuk tinggal di surga bersama istrinya, Allah SWT. berfirman, “Dan Kami berfirman, ‘Wahai Adam! Tinggalah engkau dan istrimu di dalam surga, dan makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu. (Tetapi) janganlah kamu dekati pohon ini, nanti kamu termasuk orang-orang zalim!’” (Al-Baqarah, 2 : 35).

Dalam surah Al-A’râf, Allah SWT. berfirman, “Keluarlah kamu dari sana (surga) dalam keadaan terhina dan terusir! Sesungguhnya, barang siapa di antara mereka ada yang mengikutimu, pasti akan Aku isi neraka Jahanam dengan kamu semua.’” (Al-A’râf, 7 : 18)

Rangkaian ayat ini menunjukkan, Hawa diciptakan sebelum Adam masuk surga, juga seperti yang disampaikan dalam firman Allah SWT., “Wahai Adam! Tinggalah engkau dan istrimu di dalam surga.” (Al-Baqarah, 2 : 35). Demikian secara tegas dinyatakan oleh Ishaq bin Yasar,[18] dan memang selaras dengan tekstual ayat-ayat di atas.

Namun, As-Suddi meriwayatkan dari Abu Shalih dan Abu Malik dari Ibnu Abbas, dari Murrah, dari Ibnu Mas’ud, dari sejumlah sahabat, mereka mengatakan, “Iblis dikeluarkan dari surga dan Adam di tempatkan di surga. Adam berjalan di sana seorang diri tanpa seorang istri mendampingi agar bisa merasa senang. Adam lalu terlelap sesaat, setelah bangun, ternyata ada seorang wanita duduk di dekat kepalanya, ia diciptakan Allah dari tulang rusuk Adam. Adam bertanya, ‘Kamu siap?’ Aku seorang wanita.’ Jawab Hawa. ‘Kenapa kau diciptakan?’ Tanya Adam, ‘Agar kau merasa senang padaku.’ Jawabnya.

Para malaikat kemudian bertanya kepada Adam karena mereka tahu luasnya ilmu Adam, ‘Siapa namanya, wahai Adam?’ Nabi Adam menjawab, ‘Namanya Hawa.’ ‘ Kenapa disebut Hawa?’ Tanya para malaikat. ‘Karena ia diciptakan dari benda hidup.’ Jawab Adam.

Muhammad bin Ishaq meriwayatkan dari Ibnu Abbas, Hawa diciptakan dari tulang rusuk kiri yang paling pendek saat ia tidur, kemudian tulang tersebut diganti dengan daging.

Bukti penguat pendapat ini adalah firman Allah SWT., “Wahai manusia! Bertakwalah kepada Rabbmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa)dari (diri)nya, dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya, Allah selalu menjaga dan mengawasimu.” (An-Nisâ, 4 : 1).
Dan firman-Nya. “Dialah yang menciptakanmu dari jiwa yang satu (Adam) dan daripadanya Dia menciptakan pasangannya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, (istrinya) mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian ketika dia merasa berat, keduanya (suami istri) bermohon kepada Allah, Rabb mereka (seraya berkata), ‘Jika Engkau memberi kami anak yang shaleh, tentulah kami akan selalu bersyukur.’” (Al-A’râf, 7 : 189).

Disebutkan dalam kitab Shahihain, dari hadits Zaidah, dari Maisarah Al-Asyja’i, dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah,[19] dari Nabi SAW. beliau berasbda, “Terimalah perintahku (untuk memperlakukan) wanita dengan baik, karena wanita diciptakan dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian paling atas. Jika kau biarkan, ia akan tetap bengkok. Maka terimalah perintahku (untuk memperlakukan) wanita dengan baik.” Matan hadits ini sesuai riwayat Imam Bukhari.[20]





[12] Muhammad bin Sirin, Syaikh Bashrah, Imam para ahli tafsir mimpi, meninggal dunia tahun 110 H, (Syadzarâtudz Dzahab, I/138).
[13] Tafsir Ath-Thabari (VIII/98).
[14] Shaḫîḫ Muslim, kitab: Zuhud, Bab sejumlah hadits secara terpisah.
[15] Abdullah bin Mas’ud, Abu Abdurrahman Adz-Dzuhali, meninggal dunia tahun 32 H. (Asadul Ghâbah, III/384, Al-Ishâbah, II/360).
[16] Ahmad bin Hanbal Adz-Dzuhali Asy-Syaibani Al-Marwazi Abu Abdullah, meninggal dunia tahun 214 H. (Syadzarâtudz Dzahab, II/96).
[17] HR. Ahmad dalam Musnad-nya (III/483), An-Nasa’i dalam kitab jihad, Bab: pahala orang yang masuk Islam, berhijrah dan berjihad.
[18] Ishaq bin Yasar Abu Bakar Al-Muttallibi, bekas budak kabilah Al-Muttallibi. (Tahdzîbut Tahdzîb, XIII/23).
[19] Abdurrahman bin Shakhr Ad-Dusi, meninggal dunia tahun 58 H. (Asadul Ghâbah, II/278 dan Al-Ishâbah, I/543).
[20] Shaḫîḫ Bukhari, Kitab: Para Nabi, Bab: Penciptaan Adam dan Keturunannya, Shaḫîḫ Muslim, Kitab: Susuan, Bab : Perintah untuk Memperlakukan Wanita Bengan Baik.

0 Response to "Nabi Adam As. Bagian 2"

Post a Comment

Harap "Comment as Name/URL" Sertakan url Anda dalam nama untuk kunjungan balik. No active link.