بـســـــــــــم الله الرحمن اللرحيم
Qishash
al-Anbiya – Ibnu Katsir
اسلم عليكم, puji dan
syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah
yang telah memberikan kesehatan kepada kita
dan memberikan kesabaran terhadap setiap ujian yang diberikan-Nya kepada
hamba-hamba-Nya yang shaleh. Semoga kita selalu berada dalam rahmat-Nya. امين
yang telah memberikan kesehatan kepada kita
dan memberikan kesabaran terhadap setiap ujian yang diberikan-Nya kepada
hamba-hamba-Nya yang shaleh. Semoga kita selalu berada dalam rahmat-Nya. امين
اقرأ :
![]() |
| Picture of albashirah.com Ibadah Seorang Hamba |

Allah
berfirman, “Sesungguhnya, dia adalah hamba
(Allah) yang banyak bersyukur.” (Al-Isrâ’, 17 : 3). Diriwayatkan, Nuh
senantiasa memuji Allah atas nikmat makanan, minuman, pakaian, dan segala
sesuatunya.
berfirman, “Sesungguhnya, dia adalah hamba
(Allah) yang banyak bersyukur.” (Al-Isrâ’, 17 : 3). Diriwayatkan, Nuh
senantiasa memuji Allah atas nikmat makanan, minuman, pakaian, dan segala
sesuatunya.
Imam Ahmad menuturkan, “Abu Usamah bercerita kepada kami, Zakaria bin
Abu Zaidah Tsanaa, dari Sa’id bin Abu Burdah, dari Anas bin Malik, ia
menuturkan, ‘Rasulullah
bersabda, ‘Sungguh, Allah ridha terhadap
seorang hamba yang memakan suatu makanan lalu memuji Allah atas makanan itu,
atau meminum suatu minuman lalu memuji Allah atas minuman itu.’”
bersabda, ‘Sungguh, Allah ridha terhadap
seorang hamba yang memakan suatu makanan lalu memuji Allah atas makanan itu,
atau meminum suatu minuman lalu memuji Allah atas minuman itu.’”
Hadits yang sama juga diriwayatkan Muslim, At-Tirmidzi dan An-Nasa`i
dari hadits Abu Usamah.[15]
Secara lahir, syukur itulah yang menggerakkan amalan hati, lisan dan perbuatan,
karena syukur harus diungkapkan secara lahir dan batin, seperti pujangga
katakan;
Tiga hal
sebagai ungkapan rasa syukurku pada-Mu
Tangan, lisan
dan hati yang tiada terlihat
PUASA NUH 

Ibnu Majah menyebutkan; bab puasa Nuh
; Sahal bin Abu Sahal bercerita
kepada kami, Sa’id bin Abu Maryam bercerita kepada kami, dari Ibnu Lahi’ah,
dari Ja’far bin Rabi’ah, dari Abu Firas, ia mendengar Abdullah bin Amr
mengatakan, “Aku mendengar Rasulullah
bersabda, ‘Nuh berpuasa sepanjang tahun,
kecuali pada hari Idul Fitri dan Idul Adha.’”
; Sahal bin Abu Sahal bercerita
kepada kami, Sa’id bin Abu Maryam bercerita kepada kami, dari Ibnu Lahi’ah,
dari Ja’far bin Rabi’ah, dari Abu Firas, ia mendengar Abdullah bin Amr
mengatakan, “Aku mendengar Rasulullah
bersabda, ‘Nuh berpuasa sepanjang tahun,
kecuali pada hari Idul Fitri dan Idul Adha.’”
Seperti itu juga diriwayatkan Ibnu Majah dari jalur Abdullah bin
Lahi’ah dengan sanad dan bentuk matannya.[16]
Thabrani menuturkan, “Abu Zanba’ Rauh bin Faraj bercerita kepada kami,
Umar bin Khalid Al-Harani bercerita kepada kami, Ibnu Lahi’ah bercerita kepada
kami, dari Abu Qatadah, dari Yazid, dari Rabbah bin Abu Faras, ia mendengar
Abdullah bin Umar mengatakan, ‘Aku mendengar Rasulullah
bersabda, ‘Nuh berpuasa sepanjang tahun,
kecuali pada hari Idul Fitri dan Idul Adha. Dawud berpuasa separuh tahun. Dan Ibrahim berpuasa tiga hari setiap bulan, ia berpuasa sepanjang tahun dan
berbuka sepanjang tahun.’”
bersabda, ‘Nuh berpuasa sepanjang tahun,
kecuali pada hari Idul Fitri dan Idul Adha. Dawud berpuasa separuh tahun. Dan Ibrahim berpuasa tiga hari setiap bulan, ia berpuasa sepanjang tahun dan
berbuka sepanjang tahun.’”
IBADAH HAJI NUH 

Al-Hafizh Abu Ya’la menuturkan, “Sufyan bin Waki’ bercerita kepada
kami, ayahku bercerita kepada kami, dari Zam’ah—bin Abu Shalih—dari Salamah bin
Dahran, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, ia menuturkan, ‘Rasulullah
pergi untuk menunaikan ibadah haji, saat tiba
di lembah Usfan, beliau bertanya, ‘Hai Abu Bakar! Lembah apa ini?’ ‘Lembah
Usfan,’[17]
jawab Abu Bakar.
pergi untuk menunaikan ibadah haji, saat tiba
di lembah Usfan, beliau bertanya, ‘Hai Abu Bakar! Lembah apa ini?’ ‘Lembah
Usfan,’[17]
jawab Abu Bakar.
Beliau kemudian bersabda, ‘Sungguh, lembah ini pernah dilalui Nuh, Hud,
dan Ibrahim dengan mengendarai unta jantan milik mereka, tali kekang mereka
sabut, sarung mereka mantel dan pakaian mereka adalah kain bergaris (putih
hitam), mereka berkunjung ke Baitul Atiq (untuk menunaikan ibadah haji).’”[18]
Hadits ini gharib.
WASIAT NUH UNTUK ANAKNYA
Imam Ahmad menuturkan, “Sulaiman bin Harb bercerita kepada kami, Hammad
bin Zaid bercerita kepada kami, dari Shaq’ab bin Zuhair, dari Zaid bin Aslam—Hammad
berkata, ‘Aku kira riwayat ini dari Atha` bin Yasar, dari Abdullah bin Amr, ia
menuturkan, ‘Suatu ketika kami berada di dekat Rasulullah
, kemudian ada seorang Badui
datang, ia mengenakan jubah panjang dengan manset sutera, beliau kemudian berkata,
‘Ketahuilah! Kawan kalian ini telah mengalahkan semua jagoan keturunan
jagoan—atau beliau katakan, ‘Ingin mengalahkan semua jagoan keturunan jagoan,
dan mengangkat semua pemimpin keturunan pemimpin.’
, kemudian ada seorang Badui
datang, ia mengenakan jubah panjang dengan manset sutera, beliau kemudian berkata,
‘Ketahuilah! Kawan kalian ini telah mengalahkan semua jagoan keturunan
jagoan—atau beliau katakan, ‘Ingin mengalahkan semua jagoan keturunan jagoan,
dan mengangkat semua pemimpin keturunan pemimpin.’
Rasulullah
kemudian meraih kerah jubahnya lalu berkata,
‘Kau terlihat mengenakan pakaian orang yang tidak berakal.’ Setelah itu beliau
mengatakan, ‘Menjelang kematian, Nabi Allah Nuh
berkata kepada anaknya, ‘Sungguh, aku akan
menyampaikan wasiat kepadamu. Aku perintahkan dua hal padamu dan aku melarangmu
melakukan dua hal; aku memerintahkanmu untuk (mengucapkan dan mengamalkan) ‘Lâ
ilâha illallâh,’ karena andai kata tujuh langit dan tujuh bumi diletakkan
dalam salah satu sisi timbangan, dan ‘Lâ ilâha illallâh’ diletakkan di
sisi lainnya, tentu ‘Lâ ilâha illallâh’ lebih berat darinya, karena
dengannya segala sesuatu terhubung, karenanya seluruh makhluk diberi rezeki,
dan aku melarangmu berbuat syirik dan sombong.’
kemudian meraih kerah jubahnya lalu berkata,
‘Kau terlihat mengenakan pakaian orang yang tidak berakal.’ Setelah itu beliau
mengatakan, ‘Menjelang kematian, Nabi Allah Nuh
berkata kepada anaknya, ‘Sungguh, aku akan
menyampaikan wasiat kepadamu. Aku perintahkan dua hal padamu dan aku melarangmu
melakukan dua hal; aku memerintahkanmu untuk (mengucapkan dan mengamalkan) ‘Lâ
ilâha illallâh,’ karena andai kata tujuh langit dan tujuh bumi diletakkan
dalam salah satu sisi timbangan, dan ‘Lâ ilâha illallâh’ diletakkan di
sisi lainnya, tentu ‘Lâ ilâha illallâh’ lebih berat darinya, karena
dengannya segala sesuatu terhubung, karenanya seluruh makhluk diberi rezeki,
dan aku melarangmu berbuat syirik dan sombong.’
Abdullah bin Amr mengatakan, ‘Aku bertanya—atau beliau ditanya, ‘Wahai
Rasulullah, syirik sudah kita ketahui, lalu apa itu kesombongan? Apakah jika
salah seorang dari kami mengenakan dua sandal bagus dengan dua tali sandal
bagus pula (disebut sombong)?’ ‘Tidak,’ jawab beliau. ‘Apakah jika salah
seorang di antara kami mengenakan baju bagus (disebut sombong)?’ tanya Abdullah
bin Amr. ‘Tidak,’ jawab beliau. ‘Apakah jika salah seorang dari kami memiliki
teman-teman untuk berkawan (disebut sombong)?’ tanyanya kembali. ‘Tidak,’ jawab
beliau. Aku berkata—atau dikatakan, ‘Wahai Rasulullah, lalu apa itu kesombongan?’
‘(Sombong adalah) menolak kebenaran dan meremehkan orang lain,’ jawab beliau.”
Sanad hadits ini shahih, hanya saja tidak ditakhrij Imam Bukhari dan
Muslim.[19]
Juga diriwayatkan Abu Qasim Thabrani dari hadits Abdurrahim bin
Sulaiman dari Muhammad bin Ishaq, dari Amr bin Dinar, dari Abdullah bin Amr,
Rasulullah
bersabda, “Di antara wasiat Nuh untuk anaknya;
‘Aku wasiatkan dua hal padamu, dan aku melarangmu melakukan dua hal,’ Thabrani
menyebutkan seperti lanjutan riwayat di atas.
bersabda, “Di antara wasiat Nuh untuk anaknya;
‘Aku wasiatkan dua hal padamu, dan aku melarangmu melakukan dua hal,’ Thabrani
menyebutkan seperti lanjutan riwayat di atas.
Juga diriwayatkan Abu Bakar Al-Bazzar dari Ibrahim bin Sa’id, dari Abu
Mu’awiyah Adh-Dharir, dari Muhammad bin Ishaq, dari Amr bin Dinar, dari
Abdullah bin Umar bin Khaththab, dari Nabi
, dengan matan serupa.
Sepertinya, riwayat ini bersumber dari Abdullah bin Amr bin Ash, seperti yang
diriwayatkan Ahmad dan Thabrani. Wallâhu a’lam.
, dengan matan serupa.
Sepertinya, riwayat ini bersumber dari Abdullah bin Amr bin Ash, seperti yang
diriwayatkan Ahmad dan Thabrani. Wallâhu a’lam.
Ahli Kitab menyatakan, saat naik kapal, Nuh berusia 600 tahun. Riwayat
dari Ibnu Abbas terkait hal ini sudah kami sebutkan sebelumnya. Dalam riwayat
ini ditambahkan; setelah itu Nuh hidup selama 350 tahun. Pernyataan ini harus
dikaji lebih dalam. Selanjutnya, jika tidak bisa disinkronkan dengan petunjuk
nash Al-Qur’an, berarti pernyataan tersebut jelas sekali keliru. Karena, nash
Al-Qur’an menunjukkan bahwa Nuh berada di tengah-tengah kaumnya selama seribu
tahun kurang 50 tahun setelah diangkat sebagai nabi dan sebelum banjir bah
terjadi, setelah itu kaum Nuh tertimpa banjir bah, dan mereka berada dalam keadaan
zalim. Namun setelah itu Allah tidak menyebutkan, berapa lama Nuh hidup.
Jika riwayat di atas terjaga dari Ibnu Abbas, maksudnya Nuh diangkat
sebagai nabi dalam usia 480 tahun, atau ia hidup selama 350 tahun setelah
banjir bah terjadi, berarti usia Nuh 1780 tahun.
Terkait makan Nuh
, Ibnu Jarir dan Al-Azraqi
meriwayatkan dari Abdurrahman bin Sabith, atau tabi’in lain secara mursal,
bahwa makam Nuh ada di Masjidil Haram.
, Ibnu Jarir dan Al-Azraqi
meriwayatkan dari Abdurrahman bin Sabith, atau tabi’in lain secara mursal,
bahwa makam Nuh ada di Masjidil Haram.
Riwayat ini lebih kuat dan valid dari penuturan sebagian besar kalangan
ahli sejarah kontemporer yang menyebut makam Nuh berada di sebuah kawasan yang
saat ini disebut Kurk Nuh,[20]
dan di sana ada sebuah Masjid Jami’ yang didirikan karena hal tersebut. Wallâhu
a’lam.
الحمد لله
[15] HR.
Ahmad dalam Musnad-nya (III/100, 117), Muslim dalam kitab Shahih-nya,
kitab: Zikir, bab: Anjuran memuji Allah setelah makan dan minum, At-Tirmidzi
dalam kitab Sunan-nya, kitab: Makanan, bab: Riwayat tentang mengucapkan
hamdalah seusai makan.
[16] HR.
Ibnu Majah dalam kitab Sunan-nya, kitab: Puasa, bab: Riwayat tentang puasa
Nuh , dalam sanad hadits ini terdapat perawi bernama
Abdullah bin Lahi’ah. Ibnu Hajar memberi komentar: “Ia perawi tingkatan shaduq,
termasuk jajaran perawi tingkatan ketujuh, hafalannya kacau setelah
kitab-kitabnya terbakar.” (At-Taqrîb, I/444).
[17] Usfan
adalah sebuah lembah tertalak di jalan Mekkah dan Madinah. (Mu’jamul Buldân,
III/121).
[18] HR.
Ahmad dalam Musnad-nya (I/232).
[19] HR.
Ahmad dalam Musnad-nya (II/170).
[20] Kurk
Nuh adalah sebuah perkampungan besar di dekat Ba’labak. Penduduk setempat
mengklaim di sana terdapat makam Nuh (Mu’jamul
Buldân, IV/453).

0 Response to "Kisah Nabi Nuh عليه سلام Bagian 6"
Post a Comment
Harap "Comment as Name/URL" Sertakan url Anda dalam nama untuk kunjungan balik. No active link.