بـســـــــــــم الله الرحمن اللرحيم
Qishash
al-Anbiya – Ibnu Katsir
اسلم عليكم, puji dan
syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah
yang telah memberikan kesehatan kepada kita
dan memberikan kesabaran terhadap setiap ujian yang diberikan-Nya kepada
hamba-hamba-Nya yang shaleh. Semoga kita selalu berada dalam rahmat-Nya. امين
yang telah memberikan kesehatan kepada kita
dan memberikan kesabaran terhadap setiap ujian yang diberikan-Nya kepada
hamba-hamba-Nya yang shaleh. Semoga kita selalu berada dalam rahmat-Nya. امين
Shalawat
teriring salam semoga terlimpah kepada nabi dan rasul yang diutus untuk menebar
rahmat bagi seluruh alam, Nabi Muhammad
.
.
(Apabila simbol untuk gelar Rasul dan Allah tidak muncul di layar Anda, silahkan download font berikut agar simbol dapat muncul sebagaimana mestinya.) Download Font Di Sini
Kaum Ad Dibinasakan
Allah menyebutkan berita kebinasaan mereka dalam sejumlah ayat
seperti yang telah disampaikan sebelumnya, baik secara garis besar maupun
rinci, seperti firman-Nya, “Maka Kami selamatkan dia (Hud) dan orang-orang
yang bersamanya dengan rahmat Kami dan Kami musnahkan sampai ke akar-akarnya
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Mereka bukanlah orang-orang
beriman.” (Al-A’râf, 7 : 72). “Dan ketika azab Kami datang, Kami
selamatkan Hud dan orang-orang yang beriman bersama dia dengan rahmat Kami.
Kami selamatkan (pula) mereka (di akhirat) dari azab yang berat. Dan itulah
(kisah) kaum Ad yang mengingkari tanda-tanda (kekuasaan) Rabb. Mereka
mendurhakai rasul-rasul-Nya dan menuruti perintah semua penguasa yang
sewenang-wenang lagi durhaka. Dan mereka selalu diikuti dengan laknat di dunia
dan (begitu pula) di hari Kiamat. Ingatlah, kaum Ad itu ingkar kepada Rabb
mereka. Sungguh, binasalah kaum Ad, kaum Hud itu.” (Hûd, 11 : 58-40).
“lalu mereka benar-benar dimusnahkan oleh suara yang
mengguntur, dan Kami jadikan mereka (seperti) sampah yang dibawa banjir. Maka
binasalah bagi orang-orang yang zalim.” (Al-Mukminûn, 23 : 41). “Maka
mereka mendustakannya (Hud), lalu Kami binasakan mereka. Sungguh, pada yang
demikian itu terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak
beriman. Dan sungguh, Rabbmu, Dialah Yang Mahaperkasa, Maha Penyayang.”
(Asy-Syu’arâ`, 26 : 139-140).
Kisah kebinasaan mereka disebutkan secara rinci dalam firman Allah
berikut, “Maka ketika mereka melihat azab
itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, mereka berkata, ‘Inilah
awan yang akan menurunkan hujan kepada kita.’ (Bukan!) Tetapi itulah azab yang
kamu minta agar disegerakan datangnya (yaitu) angin yang mengandung azab yang
pedih.” (Al-Aḥqâf, 46 : 24).
berikut, “Maka ketika mereka melihat azab
itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, mereka berkata, ‘Inilah
awan yang akan menurunkan hujan kepada kita.’ (Bukan!) Tetapi itulah azab yang
kamu minta agar disegerakan datangnya (yaitu) angin yang mengandung azab yang
pedih.” (Al-Aḥqâf, 46 : 24).
Inilah permulaan siksa yang turun menimpa. Sebelumnya, mereka
tertimpa kemarau panjang. Mereka kemudian meminta hujan. Mereka melihat awan di
langit yang mereka kira hujan rahmat, ternyata hujan azab. Karena itu Allah
berfirman, “(Bukan!) Tetapi itulah azab
yang kamu minta agar disegerakan datangnya,” yaitu terjadinya azab yang
kalian minta untuk disegerakan, seperti yang mereka katakan, “Maka
datangkanlah kepada kami azab yang telah engkau ancamkan kepada kami jika
engkau termasuk orang-orang yang benar.” (Al-Aḥqâf, 46 : 22). Juga yang tertera dalam surah Al-A’râf.
berfirman, “(Bukan!) Tetapi itulah azab
yang kamu minta agar disegerakan datangnya,” yaitu terjadinya azab yang
kalian minta untuk disegerakan, seperti yang mereka katakan, “Maka
datangkanlah kepada kami azab yang telah engkau ancamkan kepada kami jika
engkau termasuk orang-orang yang benar.” (Al-Aḥqâf, 46 : 22). Juga yang tertera dalam surah Al-A’râf.
Para mufassir dan lainnya menyebutkan kisah terkait hal ini,
seperti yang disampaikan Imam Muhammad bin Ishaq bin Yasar, “Kala mereka enggan
menerima apa pun selain tetap ingkar terhadap Allah
, Allah menahan hujan
selama tiga tahun hingga mereka kelaparan. Pada masa itu, ketika kekeringan
menimpa, orang-orang memohon kepada Allah melalui perantara kesucian Baitullah
agar kesulitan dihilangkan. Tradisi seperti ini biasa di masa itu.
, Allah menahan hujan
selama tiga tahun hingga mereka kelaparan. Pada masa itu, ketika kekeringan
menimpa, orang-orang memohon kepada Allah melalui perantara kesucian Baitullah
agar kesulitan dihilangkan. Tradisi seperti ini biasa di masa itu.
Di sana pula keturunan Amliq tinggal. Mereka berasa dari keturunan
Amliq bin Lawudz bin Sam bin Nuh. Pemimpin mereka kala itu adalah seseorang
bernama Mu’awiyah bin Bakar. Ibunya berasal dari kaum Ad, namanya Jaladah binti
Khaibari.” Ibnu Ishaq meneruskan, “Kaum Ad kemudian mengirim utusan berjumlah
sekitar 70 orang untuk meminta hujan di tanah Haram.
Di luar Mekkah, mereka berpapasan dengan Mu’awiyah bin Bakar.
Mereka singgah di tempatnya dan bertahan di sana selama sebulan. Mu’awiyah
memberi mereka khamr, dan mereka dihibur oleh dua biduan budak wanita milik
Mu’awiyah. Mereka bertahan selama sebulan. Namun ketika mereka terlalu lama
bertamu di tempat Mu’awiyah hingga Mu’awiyah kasihan melihat kondisi kaumnya,
namun malu untuk menyuruh mereka pergi, ia membuat bait-bait syair berisi
permintaan untuk pergi. Mu’awiyah memerintahkan dua biduan miliknya untuk
menyanyikan bait-bait syair tersebut;
Sampaikanlah, Hai orang yang perlu dikasihani!
Berdirilah lalu memohonlah
Mudah-mudahan Allah memberi kita awan hujan
Lalu menghujani bumi Ad
Sungguh mereka, kini tak bisa lagi berbicara dengan jelas
Karena amat dahaga, hingga bukan lagi …
Orang tua renta ataupun anak kecil yang kami harapkan
Dulu, kaum wanita Ad baik-baik saja
Namun kini mereka tak lagi memiliki pasangan
Binatang-binatang buas datang menghampiri terang-terangan
Tanpa merasa takut serangan anak panah orang Ad
Di sini, kalian bisa menikmati apa pun yang kalian mau
Siang dan malam secara utuh
Maka seburuk-buruk utusan suatu kaum adalah kalian ini
Tidak ada ucapan penghormatan ataupun salam bagi kalian
Saat itulah mereka baru menyadari tujuan kepergian mereka. Mereka
langsung bergerak menuju tanah Haram dan berdoa untuk kaum mereka. Seseorang di
antara mereka kemudian berdoa, menurut salah satu sumber namanya adalah Qail
bin Unz. Allah kemudian mengumpulkan tiga; awan putih, merah, dan hitam.
Setelah itu, ada yang menyerukan dari langit, ‘Pilihlah awan yang mana untukmu
atau untuk kaummu.’ Ia berkata, ‘Aku memilih awan hitam, karena paling banyak
mengandung air.’ Lalu ada yang menyerukan, ‘Kau telah memilih abu yang
membinasakan, tidak menyisakan seorang pun di antara kaum Ad, tidak
meninggalkan ayah ataupun anak, semuanya mati, kecuali Bani Ludziyah
Al-Hamida.’” Ibnu Ishaq menjelaskan, “Bani Ludziyah adalah keturunan Ad yang
bermukim di Mekkah. Mereka tidak tertimpa siksa yang menimpa kaum mereka.
Keturunan Ad yang tersisa adalah kaum Ad yang terakhir.”
Bersambung.
انشاء لله


0 Response to "Kisah Nabi Hud عليه سلام Bagian 3"
Post a Comment
Harap "Comment as Name/URL" Sertakan url Anda dalam nama untuk kunjungan balik. No active link.